Tag: Kehidupan di Jerman

Dimanakah Allah Ketika Peluang itu Ada?

Di Berlin dan kota-kota lain di Jerman, umumnya bis memiliki 3 pintu. Calon penumpang yang telah menunggu sekian waktu di halte akan mengantri dengan tertib di pintu depan begitu bis yang ditunggu datang. Kemudian membayar sejumlah uang sesuai dengan jarak tempuh perjalanannya atau memperlihatkan kepada supir kartu langganan yang mereka miliki atau karcis yang di…

Continue reading

Pusara Berbunga

Sejak seminggu lalu saat kami mesti menunggui anak-anak yang masih dalam tahap penyesuaian di sekolah barunya, seringkali saya lihat ada beberapa orang yang keluar masuk gerbang persis sebelah Kindergarten. Rasa ingin tahu mengusik hati saya, maka setelah menjemput anak-anak kemarin siang saat cuaca cerah dan hangat, saya ajak suami memasuki tempat tersebut. Ternyata areal pemakaman!…

Continue reading

Saat Diuji untuk Berkata Sejujurnya

“Kenapa tidak coba menyampaikan sejujurnya?“… kata-kata itu selalu mengiang-ngiang di telinga saat seorang sahabat mencoba memberi saran agar kami memindahkan tempat anak-anak kami menghabiskan sebagian waktunya di Kindergarten (semacam taman kanak-kanak). Hmm…sebuah saran yang baik sebenarnya. Tapi entah kenapa kami belum mencobanya. Sejujurnya, hati kami sering diliputi rasa was-was, khawatir tak bisa menyampaikan dengan bijaksana.…

Continue reading

Belajar dari seorang Ibu Tua

Sabtu lalu saya sekeluarga bergegas berangkat ke masjid Al-Falah, sebuah masjid yang didirikan oleh orang-orang Indonesia di Berlin. Khawatir acara pengajian yang biasa diadakan tiap penghujung bulan itu sudah di mulai, kami berlari-lari kecil sambil diiringi tawa riang anak-anak mengejar bis yang hampir saja meninggalkan kami. Yah apa boleh buat, sekalipun bis bisa terkejar, kami…

Continue reading