Penulis: Ineu Ratna Utami

Kehidupan daun yang senantiasa bermanfaat selama tumbuh hingga luruh ke bumi, menginspirasi sekaligus menumbuhkan azzamku. Berbekal segala yang dikaruniakan-Nya, kucoba belajar membaca kehidupan, menyelaminya di telaga nurani lalu berusaha menemukan hikmah dan menuliskannya. Bagiku, menulis merupakan salah satu cara 'meneladani' kehidupan daun. Semoga berguna tak hanya untukku tapi untuk siapa pun yang membaca. Satu asa yang ingin kuraih hanyalah menjadi bagian dari "Khairunnas anfa’uhum linnas - Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kala Hati Tak Dapat Didustai

Beberapa hari lalu masuk ke ponsel suami saya sebuah SMS. Rupanya orang yang mengirim SMS tersebut menurut suami sedang dalam kondisi bingung menentukan sikap saat ditawari sebuah pekerjaan. Dia meminta pendapat suami tentang boleh tidaknya menerima tawaran kerja tersebut. Saya sedikit mengernyitkan dahi, merasa penasaran apa yang menyebabkan orang tersebut kebingungan. Tak lama kemudian suami…

Continue reading

Buah Bersatu Padu

Sabtu siang di saat suhu mulai di atas tiga puluh derajat akhir Mei lalu, saya bersama anak-anak berangkat ke masjid untuk memenuhi janji membantu rekan-rekan yang hendak membuat sate dan siomay, dua jenis makanan yang menjadi maskot dalam penggalangan dana. Sebuah kegiatan dari tahun ke tahun sebagai salah satu upaya masyarakat untuk mempertahankan keberadaan masjid…

Continue reading

Sebuah Kado Tak Berbentuk

Malam ini kedua anakku telah tidur lelap setelah kuhantar mereka ke alam mimpi dengan surat-surat pendek Al-Quran. Kutatap lama wajah mereka, begitu polos dan damai. Pandanganku beranjak pada si sulung yang besok pagi usianya genap tiga tahun, kupeluk tubuh mungil yang tergolek pulas itu sambil kubelai-belai rambutnya. Kami tak berencana merayakan hari lahirnya, mengingat penderitaan…

Continue reading

Sebuah Hikmah dari Arena Laga

Entah mengapa hari ini saya teringat babak final pertandingan bulutangkis beberapa waktu lalu. Pada saat itu saya tertarik untuk menonton dengan serius, karena yang akan bertanding adalah pasangan putra dan putri belasan tahun melawan pasangan pria dewasa. Bahkan salah seorang dari pria tersebut berkebangsaan Jerman dan menjadi pelatih di kota tempatnya tinggal. Saya sempat membaca…

Continue reading

Sepenggal Episod Silaturahim

Pagi kemarin kami sekeluarga dijemput seorang sahabat menuju sebuah gedung yang akan dijadikan arena pertandingan bulutangkis. Sesampai di tempat, suasana masih terasa lengang. Beberapa panitia sedang sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk kelancaran acara yang dirancang sebagai milad pertama berdirinya yayasan yang memayungi masjid Indonesia di Berlin. Kedatangan saya ke sana bukanlah sebagai peserta turnamen tersebut.…

Continue reading