Perjalanan Mencari Cahaya

Sore itu aku ragu-ragu untuk memenuhi undangan buka puasa bersama ex teman sekolah. Selain karena tidak ada pakaianku yang sesuai dengan dresscode yang ditentukan, juga karena ada hal lain yang benar-benar membuatku malas untuk hadir di acara tersebut. Namun bujukan beberapa teman dan permohonan mereka agar aku bersedia menjadi pemandu acara membuat aku luluh dan akhirnya memutuskan untuk hadir juga. Ternyata keputusanku itu tidak sia-sia, acara yang kupandu berjalan dengan sukses, semua orang yang hadir merasakan kehangatan silaturahim malam itu. Ditambah lagi dengan tausiyah menarik yang disampaikan oleh temanku yang kini menjadi seorang ustadz. Tausiyah yang ringan namun cukup untuk membasahi hati yang gersang.

Apa yang aku rasakan setelah mendengar tausiyah malam itu membuatku ingin sekali mendengarnya lagi dan lagi. Hatiku merasakan rindu yang teramat sangat untuk senantiasa berada dalam suasana yang bisa membuatku selalu mengingat Sang Khalik. Dan akhirnya aku utarakan keinginanku itu kepada teman ustadzku. Beliau lalu mengenalkanku dengan seorang perempuan yang ternyata beliau seorang ibu dari anak-anak yang hafidz Qur’an. Subhanallah… bergetar hati ini mendengar cerita beliau tentang anak-anaknya yang luar biasa.

Setelah bertemu ibu luar biasa itu, semakin kuatlah keinginanku untuk mengadakan majlis ilmu di lingkungan tempat tinggalku yang memang belum pernah ada siraman-siraman penyejuk qalbu dan penyubur iman. Aku ajak tetngga-tetanggaku untuk mau mengaji dengan promosi bahwa seorang ustadzah yang luar biasa akan menjadi gurunya. Tapi, ternyata rencanaku tidak sesuai dengan rencana Allah. Ustadzah yang luar biasa itu tidak bisa mengikuti jadwal yang sudah kubuat. Sedih rasanya… jalan menuju cahaya itu seperti terputus… menggantung tak jelas ujungnya. Semua rencana terhenti, aku pun kehilangan semangat untuk melanjutkan pencarian cahaya itu.

Suatu hari, sebuah SMS masuk ke dalam telepon genggamku dan ternyata SMS dari ibu luar biasa. Beliau mengabarkan bahwa aku bisa bergabung dengan majlis di tempat lain yang tak jauh dari rumahku. Seperti mendapat angin segar, aku bergegas menuju rumah ibu luar biasa itu untuk minta kejelasan tentang bagaimana dan di mana majlis yang dimaksud beliau.

Esok harinya berbekal alamat yang diberikan ibu luar biasa, aku menuju tempat tinggal teman beliau. sepanjang jalan aku membayangkan seperti apakah ibu yang akan kutemui ini. Samakah dengan ibu luar biasa itu atau tidak? Tak berapa lama akhirnya kutemukan juga alamat yang dimaksud.

“Assalamu’alaikum…” Aku mengucapkan salam.

“Wa’alaikumsalam…” sebuah suara lembut dari dalam rumah menjawab salamku.

Dan pintu pun terbuka… seorang wanita muda yang cantik dengan jilbab panjangnya tersenyum ramah di hadapanku.

“Ini dengan Ibu Adnin?” kataku memecah kebekuan.

“Iya, benar… mari silahkan masuk”, ajak beliau.

Dan terjadilah perbincangan menarik di antara kami berdua. Keramahannya membuatku merasa seperti sudah mengenal lama Bu Adnin. Aku langsung suka pada beliau, dalam hati aku berkata…ustadzah ini lebih cocok untuk menyirami hati ibu-ibu di komplek tempat tinggalku.

Subhanallah… Allah lebih mengetahui kebutuhan hamba-Nya. Ibu luar biasa yang aku pikir terbaik untuk membimbing kami menuju cahaya-Nya telah Allah gantikan dengan seseorang yang mungkin tidak sehebat ibu luar biasa itu tapi pasti terbaik menurut Allah dan sesuai untuk kami.

Dan kini sudah satu bulan Bu Adnin menyirami hati kami, terasa sejuk setiap kali mendengar penuturan beliau, ringan dan lembut, walaupun pelan-pelan… tapi pasti bisa menyuburkan iman dalam hati kami. Insya Allah…

 

Bogor, 6 Desember 2011

(Kisah ditulis oleh Novi Roswita)

 

 

7 comments for “Perjalanan Mencari Cahaya

Tinggalkan Balasan ke GianluigimarioBatalkan balasan